... hanya dunia KALENG....

Jumat, 23 Agustus 2013

Jualan Barang Bekas di Mal Rongsok ala Nurcholis Agi



Oleh: Septian Deny

Sebagian besar orang mungkin enggan menyimpan barang bekas atau rongsok yang biasanya sudah rusak atau tidak dibutuhkan lagi. Namun bagi pria kelahiran Banyuwangi 6 Desember 1967, Nurcholis Agi, barang-barang bekas ini justru membawa berkah.

Awalnya Berdagang Apa Saja
Sebelum menjadi 'juragan' barang rongsok seperti sekarang, Agi begitu dia biasa disapa, telah mencoba berbagai macam profesi. Ketika masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) sekitar tahun 1986, Agi mulai dagang minuman. Ketika tamat SMA pada tahun 1987, dia membuka warung kelontong di pinggir jalan.

Pada tahun 1988 Agi mulai bekerja di apotek, mulanya sebagai office boy yang kemudian dipindahkan ke bagian gudang. Pada saat ditempatkan di bagian gudang ini dia mulai belajar meracik obat. Dan hanya dalam jangka waktu 3 bulan karena sudah mampu meracik obat Agi pun diangkat menjadi peracik obat.

"Saya belajar hanya otodidak saja, namun 5 tahun saya merasa sudah mahir, saya kemudian berhenti," katanya saat berbincang dengan liputan6.com di Depok, seperti ditulis Selasa (4/6/2013).
Selepas bekerja di apotek, pada tahun 1993, Agi membuka bengkel motor yang kemudian berganti menjadi bengkel mobil selama 2 tahun. Setelah itu, dia terus berganti-ganti profesi seperti menjadi seorang kontraktor, membuka service tv, rental studio musik, service handphone, menjadi modifikator motor besar dan berjualan handphone.

Dia juga sempat berjualan makanan ringan keliling dengan menggunakan motor. Sampai pada tahun 1998 karena modal yang dimilikinya habis, dia pun banting stir dengan berjualan stiker dipinggir jalan.
"Saya rasa, sebagian besar barang sudah pernah saya jual. Mungkin memang hobi saya berdagang," ujarnya.
Kebiasaan Agi bergonta-ganti profesi itu rupanya karena ucapan dari seorang teman yang mengatakan kepadanya bahwa dalam hidup, manusia itu harus bisa melakukan apapun dan terus menggali kemampuan diri baik secara ilmu, keterampilan maupun mental.

Menurutnya, hidup ini jangan hanya berdasarkan perkataan orang lain, seseorang harus berani mencoba sendiri dan jangan hanya dari 'kata orang'. Itu konsep hidupnya, harus mencoba sendiri dan mampu disegala bidang.
"Kalau kita sudah dapat menggabungkan semuannya, maka kita baru bisa disebut manusia tangguh. Karena perkataan itu, jadi setiap saya rasa sudah ahli dalam satu profesi, maka saya tinggal, tidak saya lanjutkan karena semua sudah ada di otak saya," lanjut ayah lima anak ini.

Dari Pinjam Uang Rp 100 Ribu
Akhirnya, karena usaha berjualan stiker pun tidak berjalan mulus dan Agi sudah tidak punya uang, dia pun memberanikan diri untuk meminjam uang sebesar Rp 100.000 dari seorang teman.
Uang tersebut digunakan untuk menyewa sebuah kios dan membuka kembali tempat service TV. Dari sinilah, hobinya mengumpulkan barang bekas dimulai, terutama TV dan onderdilnya.
Seiring berjalan waktu, perekonomiannya pun mulai membaik. Kemudian dia juga merambah bidang jual beli onderdil motor bekas, yang ternyata respons pembelinya cukup bagus.

Melihat banyak orang yang datang kepadanya menanyakan berbagai macam barang bekas, bukan hanya onderdil motor saja, Agi pun mulai mengumpulkan dan membeli barang-barang bekas lainnya.
Mulanya dia berburu barang-barang tersebut dari kampung ke kampung atau perumahan sekitar. Namun lama kelamaan karena sudah banyak yang mengenalnya sebagai pengumpul barang bekas, orang-orang pun mulai datang sendiri ke tempatnya, baik untuk menjual maupun membeli barang bekas.
"Orang banyak datang ke sini bawa berbagai macam barang-barang bekas. Itu saya beli semua, apapun, yang penting saya beli saja dulu, tidak ada yang saya tolak. Saya juga harus berani berhutang, ya nekat saja pokoknya," jelasnya

Mall Rongsok
Usaha jual beli barang bekas pun mulai dia tekuni sekitar tahun 2005. Semakin lama barang-barang bekas yang dia kumpulkan pun semakin banyak, yang kemudian tempat usahanya tersebut diberi nama 'Mall Rongsok' mulai 3 tahun belakangan ini. Namun dia akui bahwa sebenarnya niat untuk membuat swalayan barang-barang bekas sendiri telah ada sejak tahun 1998.

"Nama Mall rongsok sebenarnya sudah lama ada di otak saya, namun yang namanya mall kan barang harus banyak, makanya saya kumpulkan dulu barang-barangnya sampai banyak seperti sekarang," katanya.
Untuk menilai sebuah barang bekas, Agi mengaku hanya mengandalkan pengetahuannya berdasarkan pekerjaan-pekerjaan yang telah dia lakukan sebelumnya. Namun dia juga sering mengecek harga terbaru dari barang tersebut.

Sedangkan mengenai harga barang yang akan dia jual pun, Agi mengaku tidak memiliki patokan khusus, dia menjual sesuai keinginannya saja. Agi juga hanya mengandalkan naluri dan pengalamannya untuk mengetahui bahwa barang yang nantinya laku dijual dengan harga tinggi.
"Harga mulai dari yang gratis atau enggak perlu membayar sampai yang paling mahal mungkin sekitar Rp 5 juta seperti panel listrik. Tapi tergantung mood saya, kalau lagi butuh uang ya saya jual murah. Dan tergantung tawar menawar dengan pembeli juga," katanya.

Dia tidak punya kriteria khusus dalam menerima barang bekas, baik yang masih berfungsi atau tidak, semuanya dia terima asalkan yang menjual mau dibayar sesuai harga yang dia tawarkan. Nantinya, dia pun menjual kembali barang tersebut dalam konsidi saat dia terima. Kecuali untuk TV atau CPU komputer yang biasanya dia reparasi.

"Saya enggak pernah mikirin ini barang mau laku atau tidak nantinya, beli ya beli saja. Kan barangnya juga enggak basi. Ada yang sudah 5 tahun masih di sini. Kalau sudah enggak laku paling dikiloin ke tukang besi," ujarnya.

Omzet
Ketika awal berbisnis barang bekas ini, Agi hanya ditemani oleh sang istri yang biasanya mengurus masalah keuangan. Tapi sekarang dia telah memiliki 11 karyawan yang bertugas untuk reparasi, menyusun dan membersihkan barang. Omzet yang dia dapatkan pun terbilang besar, berkisar antara Rp 100 juta-Rp 150 juta per bulan.

Sejak awal, niatnya mengumpulkan barang bekas sebenarnya kurang mendapatkan dukungan dari sang istri karena menganggap barang-barang tersebut tidak akan berguna. Namun lama-kelamaan akhirnya sang istri pun turut membantu bisnisnya ini.

Di lahan seluas 800 meter persegi yang dijadikan bangunan seadanya, berbagai macam barang bekas dia pajang. Seperti onderdil motor dan mobil, lampu, komputer, TV, radio, kipas angin, lukisan, kain, buku, bangku, dispenser, handphone, kabel, kulkas, printer, selang dan lain-lain.

Pembeli yang datang ketempatnya pun datang dari berbagai daerah bahkan ada juga warga negara asing yang tinggal di Jakarta datang sekedar mencari barang-barang antik yang sengaja dia simpan khusus karena tahu harga jualnya akan tinggi.

"Mereka tahu dari koran, mungkin penasaran makanya datang kesini. Seperti kemarin ada orang Inggris yang datang dan akhirnya membeli lukisan," tutur pria yang tinggal di Depok sejak umur 7 tahun ini.
Agi juga telah memiliki langganan tetap, kebanyakan merupakan production house (PH) yang membutuhkan barang sebagai properti untuk keperluan syuting atau restoran yang membutuhkan kursi atau meja makan. Dalam sekali transaksi, langganan-langganannya tersebut bisa menghabiskan uang hingga Rp 20 juta.

Sepi Kalau Bulan Puasa
Ketika memasuki bulan Ramadan atau menjelang lebaran menjadi momen di mana penjualannya akan menurun drastis. Karena pada saat tersebut kebanyakan orang lebih memilih membeli barang baru ketimbang barang bekas. Namun dua atau tiga bulan setelah lebaran, penjualannya berangsur-angsur kembali normal. Sedang saat ramai, biasanya pada hari Sabtu dan Minggu.

Selama 8 tahun berbisnis jual beli barang bekas, Agi telah merasakan berbagai macam pengalaman pahit. Dia pernah mengalami kerugian hingga Rp 17 juta karena salah perhitungan membeli atau menjual barang.
Agi pun mengaku pernah merasakan mendekam dibalik jeruji besi selama 5 hari lantaran dirinya dituduh sebagai penadah barang curian. Akibat hal tersebut, Agi kini lebih berhati-hati dalam membeli barang. Dia juga lebih mengutamakan orang yang telah dia kenal atau sudah biasa menjual barang kepadanya.

Kini Agi sendiri telah memiliki 5 tempat jual-beli barang bekas yang lebih dikhususkan menjual satu jenis barang saja, seperti baju bekas, onderdil motor dan mobil, kayu dan besi. "Karena di Mall Rongsok ini sudah enggak muat lagi, makanya saya buka tempat baru, cuma saya pisah-pisahkan," jelasnya.

Ke depannya, Agi berharap ada investor yang mau bekerjasama untuk mengembangkan usahanya tersebut sehingga 'mallnya' ini dapat menjadi tempat belanja sekaligus untuk 'cuci mata', karena menurutnya sangat jarang ada tempat seperti miliknya ini. (Igw) Dari Liputan-6.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar